PEMIMPIN DAN KESALEHAN YANG SALAH


Pemimpin adalah sosok yang bukan untuk menunjukkan siapa dirinya kepada rakyatnya, tetapi untuk menunjukkan apa yang dilakukannya untuk rakyatnya. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak suka menunjukkan kesalehan individu, tetapi lebih sering mempraktekkan kesalehan sosial (amal saleh untuk umum, kebaikan untuk umum, kebijakan dan aktifitas pelayanan publik kepada warganya). Biasanya, pemimpin yang suka menunjukkan kesalehan individu di hadapan rakyatnya, dia sering bermasalah dengan kesalehan sosial. Pemimpin yang punya kesalehan individu apalagi terlalu suka memamerkan kesalehan itu bukanlah sesuatu yang sangat penting dalam kepemimpinan saat ini, karena itu semua tidak ada hubungannya sama sekali dengan baik atau tidaknya pemerintahan dan tidak ada jaminan sama sekali bahwa kesalehan individu itu menghindarkan pemimpin dari perilaku korup dan penyalah gunaan wewenang, dimana warga sudah sangat kenyang menyaksikannya perilaku tersebut.

Prioritas paling penting dari seorang pemimpin adalah dia punya kesalehan sosial yang tinggi, kalau dia bermasalah dalam kesalehan sosial, maka kepemimpinanya egois dan zalim, karena mempertimbangkan segala sesuatu dan melakukan aktifitas hanya untuk keuntungan dan kepentingan pribadi dan kelompoknya saja. Sekalipn pemimpin punya kesalehan individu yang tiada lawannya didunia dan akhirat, tetapi air bersih untuk warga tidak mengalir, lampu untuk warganya sebentar hidup, sebentar mati, membiarkan pembubaran konser musik resmi, maka itu adalah zalim.
Image from : Pixabay
Warga tidak butuh pemimpin yang sering menonjolkan dan menampakkan kesalehan individu, bersedekah harus nampak dan harus di ekspose, berpakaian seolah-olah sangat saleh dan Islami, warga tidak butuh itu, yang dibutuhkan warga adalah pemimpin yang punya kesalehan sosial yang tinggi, warga tidak butuh pemimpin penghafal ayat, yang warga butuh adalah pemimpin yang hafal betul penderitaan rakyatnya. Karena pemimpin penghafal ayat adalah urusan pemimpin itu dengan Tuhannya, sedangkan penderitaan rakyat adalah pertanggung jawaban besar pemimpin dengan Tuhan dan dengan rakyatnya. Pemimpin tidak punya kapasitas membuat warganya masuk surga atau tidak, karena itu adalah wilayah dan wewenang kasih sayang Tuhan, bukan melalui tangan dan mulut pemimpin, dari sini kita selalu bertanya kenapa banyak sekali pemimpin suka menjual ayat Tuhan, banyak pemimpin suka menjual syariat, jawabannya sangat sederhana : “ Isu syariat itu Low cost tapi high profit”, mereka segera menjelma menjadi pahlawan syariat, pahlawan pembela syariat, tetapi pelayanan publik mereka bobrok, akhirnya syariat itu selalu menjadi benteng para pemimpin untuk menutupi segala bobrok kepemimpinannya, sangat ironis bukan ?.

Apabila kita mengkritik kebijakan dan kepemimpinannya, maka di jawab misalnya dengan mengadakan zikir akbar dan besar-besaran, membuat himbauan dan peraturan yang seolah-olah sangat menjaga syariat, seolah-olah sangat peduli pada agama, apa mereka tidak mengerti bahwa agama itu rahmatan lil’alamin dan disitu kesejahteraan warganya menempati tempat yang penting untuk di wujudkan ?.

Umar bin Abdul Azis, adalah sosok pemimpin yang tidak menunjukkan kesalehan individu tetapi punya kesalehan sosial yang tinggi, dia tidak mau sembarangan menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadinya. Ketika ada warga yang mengadukan permasalahan, Umar bertanya, “ ini urusan negara apa urusan pribadi ?, “urusan pribadi ?”, jawab warga, maka Umar segera mematikan penerang karena itu adalah kepunyaan negara, untuk urusan negara dan tidak untuk kepentingan individu. Umar bin Khattab adalah pemimpin yang punya kesalehan Individu, tetapi lebih menonjolkan kesalehan sosial, demikian halnya Ali bin Abi Thalib, mereka mengutamakan kepentingan pelayanan publik, dari pada menunjukkan kesalehan pribadi mereka sendiri. 

Gemilang itu adalah cahaya yang berlebih, maka dinamakan gemilang, cahaya yang bisa menyinari yang lain di luar dirinya, itulah sejatinya gemilang. Kini kita lihat adakah cahaya yang selalu menyinari warganya?, atau cahaya itu hanya menyinari pendopo pemimpin saja, atau kegemilangan hanya ada di dalam pendopo saja sedang diluar pendopo gelap gulita dan menderita batin. 

Zikir itu adalah amalan yang baik, sesuatu yang sangat baik, tidak ada bantahan untuk itu. Tetapi apakah zikir di pendopo itu urusan pribadi atau urusan negara ?, untuk kepentingan pribadi atau kepentingan negara ?, kita tidak pernah tahu itu, karena yang kita alami hanya macet saja disetiap zikir dilakukan. Kita juga tidak pernah tahu, apakah dana untuk zikir itu uang negara atau uang pribadi pemimpin?, kita tidak pernah tahu, karena pengetahuan kita tentang itu gelap seperti lampu yang sering padam dan pengetahuan kita tentang itu macet seperti macetnya air PDAM yang sampai detik ini belum mengalir setetespun dibanyak rumah-rumah warga. Apa harus menunggu kiamat baru air mengalir kerumah-rumah warga?

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Baca Juga Tulisan Lainnya :