Feminist Transformative Leadership ; Sumbangsih Perempuan Membangun Aceh untuk perubahan
Oleh : Teuku Muhammad Jafar Sulaiman, MA
Dunia terus berubah
begitu cepat. Demikian juga halnya pembangunan, harus diisi mengikuti pola-pola
peubahan tersebut, terutama pembangunan sumber daya manusia yang
berkualitas, supra struktur dan infra struktur. Untuk konteks Aceh,
pembangunan yang mendukung suasana damai, nyaman dan sejahtera adalah
kemutlakan dalam perjalanan Aceh paska konflik dan paska bencana. Point
pentingnya adalah dalam berbagai gerak langkah Aceh tersebut, yang merupakan
bagian dari pembangunan Bangsa Indonesia, Perempuan Aceh telah mengambil bagian
penting dalam memberikan sumbangsih yang tidak dapat di nilai dengan apapun
sekalipun sejarah Aceh diulang lagi.
Dalam kondisi seperti
ini nilai-nilai transformatif (transformative value) sangat
dibutuhkan, dan perempuan telah mengambil bagian penting dalam gerakan-gerakan
tranformatif membangun Aceh. Salah satu sumbangsih penting transformative
valueperempuan Aceh adalah pembangunan melalui persfektif kepemimpinan,
ideologi, sumberdaya, pendekatan, strategi perubahan sosial, dimana perempuan
sering berada di garda terdepan dalam melakukan pekerjaan mulia tersebut.
Sumber : Google |
Feminist Transformative
Leadership
Dalam beberapa literatur,
kepemimpinan tranformatif didefinisikan sebagai sebuah bentuk kepemimpinan
dimana para pemimpinnya menggunakan kharisma mereka untuk melakukan
transformasi dan revitalisasi organisasinya, kepemimpinan transformatif lebih
mementingkan revitalisasi para pengikut dan organisasinya secara menyeluruh
ketimbang memberikan instruksi – instruksi yang bersifat top down. Pemimpin
tranformatif lebih mementingkan diri mereka sebagai mentor yang
bersedia menampung aspirasi para bawahannya. Jika dikongkritkan dalam bentuknya
yang lebih luas, maka kepemimpinan transformatif adalah bukan ansich kepemimpinan
dalam hierarkhi struktural yang kadang sangat rigid, tetapi lebih kepada
nilai-nilai, strategi, pendekatan, jaringan dalam bentuknya yang selalu
dinamis, supel dan mapan, dan itu adalah transformative feminist
leadership.
konsep feminisme hari ini
harus dipahami berbeda dari konsep feminisme masa lalu, dimana ketika itu
dipahami sebagai konsideran ideologi yang mengemukakan kesetaraan
antara laki-laki dan perempuan. Berangkat dari frame masa lalu
tersebut, maka feminisme hari ini harus dipahami sebagai ideologi,
analisis framework dan sebagai sebuah strategi perubahan sosial, yang
mentranformasikan nilai-nilai kesejahteraan (well being) sebagai tujuan utama.
Kesejahteraan akan terwujud jika ada kesetaraan, kebebasan, keadilan sosial
tanpa bersandarkan pada agama, kepercayaan, etnik, ras, kepercayaan, golongan,
kelas dan jenis kelamin.
Sebagai sebuah ideologi,
feminisme dalam konteks kekinian berdiri melampaui kesetaraan gender, tetapi
berada pada posisi penting untuk mentranformasikan segala relasi sosial menuju
kesejahteraan dalam semangat kesetaraan dan keadilan sosial dan membebaskan
manusia dari kekuatan yang menekan, eksploitasi dan marginalisasi yang
cenderung melihat manusia berbasis pada jenis kelamin, umur, orientasi seksual,
ras, agama.
Kepemimpinan feminis
berorientasi pada pengaturan berbeda (dari nilai mainstream) dari urusan
manusia, berupa distribusi ulang kekuasaan (menghilangkan kekuasaan
bernilai penindasan manusia ke pemberdayaan) dan distribusi ulang dari tanggung
jawab (dari kelompok tertentu kepada masyaraakt banyak). Transformatif
feminist leadership Ini adalah tentang perjuangan melawan kesenjangan
sosial (ketidak setaraan sosial), mengubah struktur ekonomi dan sosial dari
menindas ke “menyejahterakan) , dimulai dengan transformasi struktur psikis ke
fisik, jadi komprehensif dalam menjaga keberlansungan kesejahteraan dalam
kesetaraan
Kepemimpinan dengan
persfektif feminis adalah sebuah nilai yang peka dan responsif terhadap visi
keadilan sosial, individu dan kolektif yang mendorong warga mentranformasikan
diri mereka sendiri untuk menggunakan kekuatan mereka, sumber daya mereka dan
keahlian mereka, melalui struktur-struktur inklusif dan berbagai proses untuk
mobilisasi dengan agenda untuk perubahan sosial, memajukan kebudayaan,
tranformasi ekonomi, politik dan segala nilai lainnya yang luhur
sebagai bagian perwujudan kesetaraan dan terealisasikannya hak asasi manusia
untuk semua.
Pembangunan untuk
Kesejahteraan : Sumbangsih Perempuan Aceh
Berangkat dari realita
diatas, maka nilai tranformative feminist leadership adalah
nilai yang sangat dibutuhkan Aceh, masih banyak pekerjaan rumah Aceh yang perlu
diselesaikan. terutama nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan sosial yang masih
merupakan barang langka di Aceh. pembangunan mutlak harus di tujukan untuk
kesejahteraan. Tugas penting, sumbangan penting perempuan Aceh adalah
memastikan pembangunan untuk kesejahteraan benar-benar terwujud dengan
persfektif transformative feminist leadershiptersebut. nilai-nilai
ini adalah nilai yang harus di punyai, terinternalisasi dan dipraktekkan oleh
seluruh pemimpin-pemimpin, menjadi nilai utama dan pijakan utama di Aceh dan
Indonesia.
Betapa tidak, nilai yang
amat penting ini berperan dalam “mendekonstruksi” nilai-nilai yang selama ini
sangat menghambat “pembangunan untuk tujuan kesejahteraan”, seperti nilai
totalitarian, nepotisme, korupsi, kekuasaan untuk kepentingan kelompok tertentu
dan kekayaan untuk kelompok tertentu. Nilai yang amat merusak ini, bisa
diruntuhkan dengan nilai transformative feminist ledership, yang
selalu mengedepankan strategi perubahan sosial secara menyeluruh, komprehensif
dalam kesetaraan dan keadilan menuju kemakmuran.
Saya melihat
perempuan-perempuan Aceh telah melakukan semua nilai tersebut dari sekian lama
perjalanan Aceh, ketika Aceh berputar-putar dalam kosmik kekacauan dan ketidak
menetuan akibat konflik bersenjata, ketika Aceh tersudut dalam kepiluan bencana
tsunami, perempuan-perempuan telah melakukan berbagai gerakan mentranformasikan
nilai-nilai tragedi tersebut kepada kekuatan sosial baru yang mampu
membangkitkan Aceh dari keterpurukan kepada kekuatan baru. Demikian halnya
dengan perdamaian Aceh dan menjaga keberlanjutan perdamaian Aceh, perempuan
Aceh telah memposisikan diri sebagai penggerak utama dalam berbagai asosiasi
sosial, politik, ekonomi dan budaya melalui organisasi masyarakat sipil (OMS),
partai politik, birokrasi pemerintahan dan kepemimpinan publik lainnya, mulai
dari gampong, kabupaten kota sampai provinsi.
Kesemua itu adalah
sumbangsih peran perempuan dalam membangun Indonesia dari Aceh, yang
tentu akan terus berkembang, menjadi lebih baik dan lebih baik lagi, karena
semua gerak dan perubahan bersifat dinamis. Akan tetapi bisa saja bersifat
statis ketika kekuasan yang menekan dan membelanggu keadilan dan kesejahteraan
sosial dipraktekkan, tapi itu semua pasti akan berhadapan dengan
nilai-nilai transformative feminist leadership tadi, yang
pasti akan didukung oleh siapapun yang sadar akan perlunya perubahan besar
dalam membangun Bangsa. Sumbangsih penting ini akan terus dilakukan
dan dipraktekkan oleh sipapun sampai nilai ini menyejarah, terinternalisasi dan
menjadi inspirasi penting
dalam kebijakan-kebijakan yang pro keadilan dan kesetaraan sosial. Maju
terus perempuan Aceh dan dunia !
Tulisan
ini merupakan refleksi ketika mengikuti workshop “ Culturally –Justified Violence
Againts Woman : Resistance and Sustaining Our Activism, 2014 di Jakarta.