“Damailah Dalam Keberagaman” (Menyambut Hari Perdamaian Dunia )


Oleh : Teuku Muhammad Jafar Sulaiman, MA
21 september adalah hari perdamaian dunia. Seluruh warga dunia memperingatinya sebagai hari yang menjadi penanda betapa pentingnya kerukunan dan keharmonisan dalam segala keberagaman dan perbedaan di dunia. Hanya dengan damai dunia akan terjaga dari segala benturan-benturan yang melahirkan kekerasan. Damai harus mewabah, menjalar dan menjangkiti seluruh pelosok bumi, agar kita semua langgeng membangun peradaban yang humanis, harmonis dan menyejukkan. Kita semua tentu sangat khawatir, bahwa akhir-akhir ini, peradaban manusia diliputi ketegangan demi ketegangan, yang berpotensi mengancam peradaban manusia itu sendiri, obat mujarab dan ampuh bagi semua itu hanyalah damai, pesan-pesan damai yang harus kita sampaikan kepada dunia adalah sama pentingnya dengan kita menghirup udara untuk bernafas, damai adalah matahari kita dan damai adalah bentangan langit malam kita yang penuh bintang dan purnama.
Sumber : Google

Menyelami hakikat damai, maka kita tidak hanya membaca dan merasakan damai sebagai sebuah kondisi dan situasi dimana tidak adanya konflik dan tidak adanya kekerasan, tapi situasi damai yang sebenarnya adalah sebuah kondisi dan keadaan dimana hak sosial politik dan hak ekonomi sosial budaya dari setiap warga negaranya apapun agama, keyakinan, suku, latar belakang budaya, ras, etnis dan kelas sosialnya, di jamin, di lindungi dan ditegakkan oleh negara maupun diantara sesama warga negara. Semua punya hak untuk merasakan dan menikmati damai yang sebenarnya dan ketika itu belum terpenuhi, adalah tugas dan kewajiban dari setiap kita untuk berikhtiar dengan segala daya dan upaya agar damai yang hakiki terus terwujud, karena jika damai yang hakiki belum terwujud, maka selama itu pula sejarah akan akan terus melahirkan anak-anak perlawanannya yang akan terus berjuang mewujudkan damai demi damai dalam setiap gerak, langkah dalam keseharianya.
Damai adalah padi-padi yang menguning untuk memberi makan orang banyak. Bagi Aceh. kerja menjaga damai adalah kerja besar membangun peradaban yang kosmopolit kedepan, meninggalkan peradaban rigid yang hanya bertumpu pada relasi mayoritas-minoritas. Peradaban kosmopolit adalah peradaban dalam keberagaman, keterbukaan dan kemanusiaan.  Sejarah juga membuktikan bahwa semua peradaban yang dibangun dalam ketunggalan, punah dan hanya menjadi artefak sejarah saja, yang bertahan adalah peradaban yang dibangun dalam keberagaman, moadel ini akan terus hidup dalam hati dan pikiran manusia karena menaungi banyak orang dalam relasi kesetaraan.
Sebagai sebuah bangsa, Aceh tidak bisa melepaskan diri dari konteks dunia (global). masyarakat dunia masa depan adalah masyarakat multikutur dan masyarakat Aceh masa depan adalah masyarakat multikultur, ini sesuatu yang tidak bisa dihindari, oleh karena itu damai dalam keberagaman adalah syarat utama mengisi kontestasi Aceh dalam peradaban dunia yang multikultur. Era dunia kedepan adalah era kebersamaan manusia, era ini tidak lagi berbicara siapa saya dan siapa anda, tetapi siapa kita dan bagaimana kita dan apa yang akan kita perbuat untuk kedamaian dunia ini, inilah sebuah realitas dan konteks masyarakat multikultur.
Masyarakat multikultur adalah masyarakat yang bisa menerima dan merayakan perbedaan dan keberagaman agama, keyakinan, suku, budaya secara bersama-sama dan harmonis, dalam semangat toleransi yang tinggi dan anti kekerasan, serta berpegang teguh pada prinsip-prinsip pikiran dan tindakan yang mengutamakan penghargaan dan penghormatan terhadap martabat manusia. Inilah model masyarakat yang menjadi syarat bagi kemajuan Aceh, sebuah model masyarakat yang sangat kita butuhkan kedepan.
Bagi Aceh, keragaman agama, suku, budaya dan kelas sosial telah ada sejak sejarah manusia dimulai di Aceh. Segala keragaman yang ada di Aceh adalah juga sebuah karunia dan rahmat yang harus dijaga dan dikelola dengan baik. Sekalipun Aceh untuk konteks kekinian adalah sebuah daerah yang punya kekhususan tersendiri yaitu Syariat Islam. Namun, konteks syariat Islam tidaklah bermakna membangun, menjaga dan mengelola keberagaman beradasarkan relasi mayoritas-minoritas tetapi tentunya berdasarkan relasi kesetaraan sebagai sesama warga negara yang punya hak dan kewajiban yang sama.
Konflik yang mendera Aceh puluhan tahun, telah berlalu, berganti menjadi damai sebagai sebuah anugerah dari Yang Maha Kuasa yang harus kita jaga bersama-sama. Damai di Aceh dan damai Indonesia adalah dambaan kita semua, sementara keberagaman juga tak bisa kita tolak. Damai dalam keberagaman di Aceh adalah sebuah kekayaan dan modal terbaik yang senantiasa harus terus kita komunikasikan, kita dialogkan, kita pertemukan dan kita alami bersama-sama sebagai modal terbaik membangun kejayaan Bangsa. Hanya dengan damai kita bisa membangun peradaban kita. Damai adalah keinginan dan harapan kita semua dan keberagaman adalah juga keniscayaan kita, satukan keduanya, maka damailah Aceh, damailah negeri kita selamanya.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Baca Juga Tulisan Lainnya :