Filsafat Corona dan Surat untuk Plt

Oleh : Teuku Muhammad Jafar, MA 

Suatu hari, corona menghadap Tuhan. Saat itu Tuhan sedang asyik dengan tanaman hijau dan beberapa hewan peliharaan, - hewan dan tumbuhan hijau adalah dua bagian yang paling sering dirusak manusia dibumi-. Dengan takzim, corona berkata :  "Tuhan, akan menggerogoti manusia, aku ingin memporak-porandakan manusia. Kebetulan juga, aku lihat manusia sudah sangat sombong, bahkan sombongnya melampaui Engkau sebagai Tuhan, aku pantau, mereka suka sekali menjual namaMu, tetapi bukan untuk membesarkan namaMu, tapi untuk keuntungan mereka, untuk kepentingan mereka".
Sambal memalingkan wajahnya Tuhan berkata : “terserah kau,kau bukan tentaraku, akupun sudah bosan dengan manusia, sekarang aku lebih suka pada tanaman dan hewan-hewan ini, nanti setelah manusia selesai dari segala kesombongannya, dan aku kembali suka pada manusia, maka kau akan kuhentikan, lebih cepat, dengan cara yang tidak mungkin bisa difikirkan manusia”.  


Sumber : Google
Corona Virus (Covid 19) adalah sebuah “dekonstruksi” post-Derrida bagi manusia. Dia menghantam manusia, persis ketika manusia berada di era post truth, era dimana benar dan tidak benar itu absurd. Era dimana manusia hidup tidak dari fakta , tetapi dari informasi. Di era ini, manusia terbunuh bahkan lebih banyak bukan karena virus, tetapi karena kelebihan mengunyah informasi dan karena ketakutan yang berlebihan. Corona adalah “ubermensch” dia tidak kenal apapun yang mapan, dia melampaui segala kemapanan,  tidak ada yang mapan bagi corona, ketika manusia membanggakan agama dengan mapan dan agama di Tuhankan manusia untuk menjawab semua persoalan umat manusia, saat itu agama dengan ritualnya dipaksa untuk tiarap dan beristirahat oleh virus ini, agama tidak mungkin melawan corona apalagi mendamaikan corona. Ketika Heidegger menubuwahkan bahwa “manusia adalah keterasingan, tidak tahu dari mana dan akan kemana?”, corona telah menerjemahkan itu, bahwa hari ini manusia bukan hanya terasing dengan segala sifat kemanusiaannya, manusia juga tidak tahu akan kemana dan bagaimana masa depannya ketika berhadapan dengan corona, mau mengadu ke Tuhan, manusia tidak kenal Tuhan, akhirnya tanpa pegangan.

Kuasa Virus, kini berada diatas kuasa manusia. Hanyan dalam hitungan 3 bulan, ratusan negara lumpuh, semua negara memikirkan nasibnya masing-masing. Semua agama tiarap, semua ritual dan tempat suci agama dipaksa beristirahat. Kedaulatan manusia sebagai “zoon politicon” runtuh. Jangankah bersalaman atau berpelukan, ketika bertemu pun manusia harus saling menjaga jarak. Manusia dipenjara di luasnya semesta, manusia terkurung bukan karena perang atau bencana, tetapi karena makhluk sangat kecil bernama virus. Virus ini telah merubah kebiasaan manusia, merubah tatanan dunia, virus ini bisa menunda apapun dari apa yang telah direncanakan manusia, tetapi tidak pernah bisa menunda kematian. Manusia tiba-tiba menjadi seperti anak-anak dijaman tak enak, yang harus patuh, ketika diajarkan oleh orang tuanya untuk rajin cuci tangan dimanapun dan kapanpun, saat ini semua manusia menjadi makhluk patuh.

Manusia tidak pernah menyangka bahwa segala kuasanya harus terhenti dan berubah, apapun kebudayaan manusia berhenti, apapun yang bisa dikaryakan manusia harus berhenti, bayangkan, manusia yang selama ini selalu menyemprot hama, tetapi kini manusia yang berubah menjadi hama yang harus disemprot disenfektan. Manusia tidak lagi bicara salah dan benar sekarang, mana yang beragama dan mana yang tidak beragama, tetapi hanya bicara untuk tetap hidup dan virus ini segera enyah, kondisi ini sangat berbeda setahun kebelakang, dimana manusia saling bunuh hanya karena bicara salah dan benar.
saat ini manusia sangat takut mati karena virus,  sebelumnya sangat tidak takut mati demi agama.

Surat untuk Plt

Pak Plt,….
Hari ini, saya kembali menemukan sebuah KTP, ketika membongkar beberapa kitab dan buku untuk bahan bacaan. Kartu tanda pengenal khusus yang ketika itu adalah nyawa bagi orang Aceh, KTP ini sebenarnya adalah benda yang tidak mau di ingat-ingat lagi bahkan tidak mau dikenang oleh orang Aceh, karena semua derita, semua nestapa, semua air mata ada di KTP itu, ya, KTP Merah Putih. Tahun 2003 – 2004 adalah tahun-tahun kelam dan malam-malam jahanam bagi orang Aceh, karena saat itu semua terkurung dalam rumah, tidak menentu dan tidak tahu bagaiman dan apa yang akan terjadi esok hari.

mungkin saja KTP ini akan kami pakai kembali, mana tahu ada keperluan mendadak sehingga harus keluar di malam hari. dulu, ketika saya mengurus KTP paska Darurat Militer, petugas disdukcapil meminta KTP ini , saya tidak mau menyerahkan, karena ini menjadi penanda bagi saya , karena saya tidak mau lagi kembali ke jaman ini, namun melalui kebijakan anda pak Plt, zaman itu kini telah kembali lagi. 
KTP Merah Putih 
Puluhan tahun dalam kelam, setelah damai, kami sangat yakin bahwa apapun yang mengembalikan ingatan, apapun yang memvisualkan konflik tidak akan lagi kami rasakan dan tidak akan lagi kami lihat , tetapi semua itu salah, hari ini kami kembali merasakan itu, kami terlempar kembali melalui mesin waktu ke lorong sepi, kami tidak bermimpi, karena semua itu nyata adanya, senyata masih terbuka lebarnya bandara. Mengapa manusia dikurung ketika malam hari, apakah corona itu seperti musang, yang berkeliaran dan mencari makan di malam hari, sedangkan siang dia tidur panjang ?, sampai hari ini kami masih penasaran, mengapa yang hadir itu jam malam, bukannya segera mendeteksi dengan “mass rapid test”, sehingga kita tahu warga yang positif corona untuk segera di karantina secara terpusat, sampai saat ini kami masih penasaran, jangan sampai rakyat Aceh banyak jatuh sakit karena penasaran dan mati karena penasaran.

Jam malam itu bukan pilihan tepat, jika memang ditujukan untuk membendung manusia batat. Masih banyak pilihan cara lain yang bisa dilakukan, kenapa mesti fokus pada jam malam. Roda ekonomi stag, tak bergerak karena jam malam, para pekerja, para penjual, para pedagang makanan juga sangat banyak yang pendapatan mereka dapat dari berjualan dimalam hari, sementara tidak ada aksi kongkrit apapun dari pemerintah setelah mereka terhenti mencari rezeki karena jam malam.

Entahlah, pemerintah memang telah bekerja sekuat tenaga siang dan malam, tetapi saat ini, rakyat melihat bahwa pemerintah maish sangat lambat, seperti tidak tahu mau melakukan apa, sehingga yang paling mungkin ditunjukkan adalah  retorika dari satu tempat ke tempat lainnya, langkah kongkritnya masih sangat jauh. Kita tahu bahwa wabah corona itu hadri ke Aceh melalui warga yang baru dari Malaysia dan Jakarta dan itu melalui bandara, tetapi sampai hari ini, bandara masih terbuka untuk di datangi oleh siapa saja, sangat rawan sekali. Sampai saat ini belum ada langkah konkrit, tahapan kongkrit dari pemerintah, apa tahapan-tahapan yang akan dilakukan pemerintah, bentuk support apa yang akan dilakukan pemerintah. Atas kondisi faktual ini, sebagian warga memang telah terus bergerak dengan segala potensi yang ada pada mereka dan pada yang paling mungkin dilakukan untuk mensupport warga yang sangat membutuhkan, karena dari pemerintah pun belum ada yang konkrit, melainkan hanya wacana-wacana saja.

Akhirnya, kuasa manusia adalah terus berusaha dengan memakai semua potensi terbaik yang ada pada manusia, karena kuasa manusia tidak boleh kalah dengan kuasa virus, walaupun nampaknya kuasa virus telah berada diatas kuasa manusia, manusia sepertinya sudah harus beristirat dan serahkan semuanya pada kerja Tuhan. Bagi manusia, mempertahankan hidup dan menghindari kematian, adalah sebuah ikhtiar wajib. bukannya Tuhan begitu senang dengan kematian manusia, apalagi kematian yang dijemput dengan kepongahan dan kesombongan, hidup dan mati manusia tidak punya pengaruh apapun bagi Tuhan, kematian manusia bukan sesuatu hal yang begitu menarik perhatian Tuhan. Ketika manusia bisa menjadi baik, Tuhan lebih senang manusia tetap hidup, panjang umur dan menghadirkan sebuah kehidupan dunia yang maju, damai dan saling berbagi dan kembali ketika yang benar-benar memanggil adalah Tuhan.

Semoga Tuhan kembali suka kepada manusia dan Tuhan menitahkan kerjanya pada daya manusia, sehingga dalam hitungan hari, bahkan sebelum april berakhir,  corona segera mereda, segera berhenti dan pergi tanpa pernah kembali lagi…


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Baca Juga Tulisan Lainnya :