Tasawuf Teori dan Tasawuf Praktek
Teuku Muhammad Jafar Sulaiman, MA
Tasawuf kajian, tasawuf teori sudah surplus (berlebih) dimuka bumi ini, yang langka adalah tasawuf praktek. Tasawuf teori hanyalah bagian dari syariat, tauhid dan ilmu kalam, karna hanya bicara tentang pengetahuan tasawuf yang dikait-kaitkan dengan tauhid, fikih, sehingga lahir tauhid tasawuf, tauhid fikih, ibarat bahasa anak muda : " cocoklogi", di cocok-cocokkan, di pas-paskan. Umat pun larut dan terbalut-balut tak menentu, pengajar dan yang diajar persis kumpulan beo yang bisa meniru apapun dengan suara indah namun tidak pernah tahu apa yang diucapkan itu.
Tasawuf teori itu ibarat seorang Guru yang menceritakan tentang manisnya mangga, tetapi mangga itu tidak pernah ada, tidak pernah dilihat, apalagi pernah dimakan, alhasil, yang mengajarpun tidak tahu apa-apa, yang diajarpun gelap gulita, tidak tahu apa-apa.Sedangkan ditasawuf praktek, adalah seorang Guru sufi yang tidak lagi menceritakan tentang manisnya mangga kepada murid-muridnya, tetapi mangga itu sudah dikupas oleh Sang Guru dan diberikan lansung kepada murid-muridnya : " mangga ini manis, ini silahkan kalian makan mangganya sang muridpun lansung merasakan sendiri manisnya mangga, semua nyata, semua bisa dirasakan, tanpa ads hayalan-hayalan seperti yang diajarakan guru dalam tasawuf kajian tadi.
Tasawuf teori itu juga tasawuf yang hanya bisa menceritakan tentang bagaimana kehidupan Rasulullah, bagaimana kecintaan para sahabat dan ummat kepada rasulullah, betapa bahagianya ummat yang hidup bersama Rasulullah, sedangkan tasawuf praktek tidak lagi menceritakan tentang kehidupan Rasulullah dan kecintaan kepada Rasulullah, tetapi Rasulullah hadir bersama mereka, dan suasanyapun persis sama dengan suasana ketika para sahahat bersama Rasulullah. Nah, sudah tahukan, betapa meruginya ummat, yang dia mengatakan mencintai Rasulullah, tetapi tidak pernah bisa merasakan bagaimana rasa dan suasana ketika bersama Rasulullah.
Mengatakan tentang kebenaran itu memang pahit dan terkadang sakit bagi yang mendengarkan, karena dia tidak lagi memakai kacamata manusia, tetapi sudah memakai kacamata Tuhan. Kebenaran yang benar itu bukan kebeneran yang didapat dengan cara yang mudah, tetapi melalui mujahadah, ubudiyah, bertahun-tahun, belasan tahun, dan semua itu dilakukan dengan praktek, bukan dengan teori atau kajian. Mahabbah, Raja', Khauf, dan sebagainya didapat dengan praktek lansung, kadang dengan mancangkul, menanam, berkebun, menyapu halaman, membersihkan WC, semuanya dalam keseharian para penempuh jalan Tuhan, bukan melalui kajian-kajian kitab, yang membuat kening semakin berkerut, mengeja satu persatu kalimat-kalimat dikitab, hanya mendapat kata-kata saja tanpa pernah merasakan makna sebenarnya yang akan didapat tanpa perlu berkata-kata lagi dan tidak tahu mau mengatakan apa-apa lagi.
Kebenaran dalam tasawuf kajian, kebenaran dalam tauhid kajian itu adalah kebenaran dikepala manusia, kebenaran dalam kacamata manusia, yang larut dalam nafsu syahwat manusia, tergantung kepada manusia dan tunduk kepada manusia sedangkan kebenaran dalam tasawuf praktek adalah kebenaran yang baqa billah, kebenaran dalam kacamata Allah, kebenaran yang larut bersama Allah, tidak ada yang lain selain Allah, hanya bergantung kepada Allah, tidak pernah tunduk kepada manusia.
"Ada AKU, tiada engkau, ada engkau tiada AKU", Allah hanya menerima unsurnya sendiri dan tidak pernah menerima unsur apapun selain dari unsurnya sendiri.