MANUSIA, PIKIRANNYA, PERJALANANNYA DAN MAKRIFAT

Oleh : T. Muhammad Jafar Sulaiman

Manusia dan segala perjalanannya adalah misteri. Manusia tidak pernah tahu dari mana dan hendak kemana dari setiap perjalanannya dan kapan serta dimana semua perjalanannya akan berhenti dan harus berhenti untuk yang terakhir kalinya. Manusia antara satu dan lainnya dibedakan oleh apa yang menemani disetiap perjalananannya, apakah perjalanannya ditemani oleh penderitaan, kesengsaraan, konflik, pertikaian, ketidak pastian, pemenjaraan, kecurigaan  ataukah perjalanannya ditemani oleh kebahagiaan, kemakmuran, kesejahteraan, kepastian, kebebasan, saling percaya. Tentu semua manusia memilih perjalananya ditemani oleh kebahagiaan. Tentu manusia bisa melihat disekitar dia, atau ditempat dia tinggal dan menetap atau dinegara tempat dia berdiam, apakah kepemimpinan ditempatnya, apakah sistem politik ditempatnya, ataukah relasi kuasa ditempatnya melahirkan kekacauan, penderitaan, konflik dan lainnya sehingga manusia-manusia yang tinggal disitu sepanjang perjalanan hidupnya ditemani oleh penderitaan. 

Manusia yang terkungkung atau terpenjara kebebasannya, sekalipun atas nama agama adalah manusia yang hidupnya ditemani oleh penderitaan. Jika manusia menerima begitu saja keadaan dan kondisi ini, maka betapa sayangnya manusia yang hidup dalam kondisi ini, kebebaan dan kebahagiaan didunia tidak dia dapatkan, bahkan kehidupan di akhir nantipun bukan sesuatu yang pasti yang bisa dia dapatkan. ketika manusia hidup dalam kondisi seperti ini, maka lambat laun, manusia pasti akan melakukah pemberontakan dan perlawanan bahkan secara besar-besaran, karena pada akhirnya manusia akan tahu bahwa kepemimpinan atau bahkan relasi antara kekuasaan dan kaum agamawan hanyalah untuk kepentingan mereka sendiri saja, tidak untuk kepentingan orang banyak dan kolaborasi antara pemimpin dan agamawan ini tidak bisa memberikan jaminan apapun terhadap kehidupan manusia, apakah jaminan kemakmuran didunia apalagi jaminan di akhirat nanti. pada waktunya nanti, manusia akan marah dan melakukan perlawanan karena manusia - manusai dipaksa untuk mengikuti dan patuh pada doktrin yang mereka hasilkan sementara mereka tidak punya kapasitas apalagi otoritas untuk menjamin lahirnya kehidupan manusia yang baik, makmur dan sejahtera. 

Manusia,  bisa mati bahkan sebelum waktunya untuk mati , kematiannya ini sama sepertinya matinya jam atau berhentinya jam, atau sama seperti matinya PLN, atau sama seperti matinya lilin, sementara ketika jam dirumahnya mti, sedangkan jam dinding tetangganya masih hidup, maka manusia telah mati ketika  disekitarnya masih ada kehidupan. Manusia yang mati bahkan sebelum waktunya adalah manusia yang selalu memikirkan dirinya sendiri dan selalu hanya mementigkan kepentinganya sendiri,  manusia - manusia seperti ini adalah manusia yang akan cepat mati, karena dia tidak punya alasan untuk hidup lebih lama dan hidupnya pun tidak punya manfaat bagi orang banyak. 

Manusia yang selalu suka mencari - cari kesalahan orang lain padahal tidak ada sama sekali celah kesalahannya, manusia yang selalu suka menyesatkan yang lain padahal yang disesatkan itu telah berada dalam kebenaran mutlak, adalah manusia -  manusia yang akan cepat mati. apa yang mempercepat kematiannya ?, karena, manusia jenis ini adalah manusia yang sudah merasa berada dipuncak dan sudah merasa bahwa dialah segala - galanya, sehingga hidupnya harus sudah selesai kareana dia tidak bisa beranjak kemana-mana lagi. Kesombongan, apalagi dalam hal agama adalah jalan yang mempercepat kematian manusia. 

pikiran adalah kekuasaan lain yang menemani dan mengirinya manusia dan bisa membawa manusai dari satu perjalanan ke perjalanan berikutnya. Manusia yang berfikir bebas, adalah manusia yang akan bisa berjalan kemana saja karena dia tidak pernah bisa dipenjara, manusia dilevel ini adalah manusia yang hidup tanpa batas (unlimited), tanpa batas wilayah, tanpa batas doktrin, tanpa batas dogma dan tanpa batas sektarian. Sedangkan manusia yang tidak bisa berfikir bebas, berfikir terbatas, takut berfikir bebas adalah manusia yang tidak akan pernah bisa kemana - mana, karena dia menakar dunia diluar dia sebagai dunia yang akan menjebaknya pada ketidak baikan dan menjerumuskannya pada dosa, padahal dosa terbesar adalah ketika manusia membatasi dirinya dari potensi besar yang telah dianugerahkan kepadanya. 

Diantara semua perjalanan manusia, dan segala pikiran yang berkait kelindan didalamnya, tidak ada yang bisa membuat manusia menjadi baik, berguna dan bahagia kecuali makrifat, sejatinya, tidak ada yang benar-benar dibutuhkan manusia didalam semua kehidupan dan perjalanannya kecuali makrifat. Ketika manusia ingin menjadi manusia yang baik, maka manusia harus tahu dan harus sampai kepada hakikat yang sebenarnya, perjalanan manusia harus sampai kepada Truht (Kebenaran) dan bukan berhenti hanya pada True (benar) karena benar bukanlah kebenaran, namun kebenaran sudah pasti benar. 

Mengapa dengan makrifat manusia akan bisa hidup bahagia ?, karena dengan makrifat manusia tahu secara pasti bagaimana nasibnya didunia dan diakhirat, manusia tahu kebenaran sejati, sehingga tidak akan bertikai lagi hanya untuk memperebutkan sebuah kebenaran dan yang paling penting manusia tahu secara pasti kemana dia menundukkan diri, kepada siapa merendahkan diri, sehingga manusia tidak lagi hidup dengan kesombongan, tetapi hidup dalam kebersahajaan, karena telah tahu siapa dirinya dan siapa TUHANnya. 


Ditulis dalam perjalanan dari pelabuhann Ambarita menuju Prapat, Simalungun, Sumatera Utara...

20 Maret 2021 


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Baca Juga Tulisan Lainnya :