Tahun Baru dan Masa Depan

Pergantian tahun bukan hanya pergantian angka, namun juga pergantian makna dan spirit hidup manusia. Disetiap pergantian tahun, manusia pasti selalu melirik kehidupannya setahun yang lalu dan bersiap melangkah untuk masa depan, persis satu tahun kedepan.

Manusia terkadang punya impian dan cita - cita yang ingin diwujudkan dalam satu tahun kehidupannya dan ada juga yang tanpa impian sama sekali, tetapi menjalani hidup dengan bersandar pada sebuah muara besar dunia yaitu Cinta, bermuara pada mencintai kehidupan yang telah dilimpahkan tanpa batas kepadanya,  hidup dengan kepastian, berada dalam surga dunia, berjumpa dengan Tuhan didunia, pasti selamat diakhirat, biasanya hidup seperti ini adalah hidupnya orang makrifat, apa yang menjadi mpian dari Sang Kekasih maka itulah impian dan cita - citanya.
Source : Google
Ketika musim pergntian tahun, dikehidupannya, ada sebagian manusia yang tumpah ruah ke jalan, menerangi langit dan membakar langit dengan bermacam kembang api, melepaskan segala kegembiraan dan keceriaan dengan penuh suka cita, sementara dibelahan tempat yang lain, padahal bertetangga, hanya dipisahkan tapal batas gapura, semua warganya dipaksa berada dirumah, dipaksa mengurung diri dirumah, diusir dari kedai kopi, diusir dari jalan- jalan, tidak boleh berkumpul dan membuat keramaian, dilarang membakar langit dengan petasan, dilarang menerangi langit dengan kembang api bahkan dilarang membakar ikan, membakar jagung, padahal itu semua sangat membakar hati kita.

Melihat perbuatan ini, hanya ada  seuntai kalimat yang bisa diucapkan : "betapa kontrasnya hidup ini, disatu daerah gegap gempita, didaerah lainnya senyap, sunyi tanpa suara, padahal mereka juga sesama muslim, atau jangan - jangan muslim yang merayakan tahun baru dengan gegap gempita, itulah yang akan mendapatkan surga, karena kegembiraannya dalam mensyukuri kehidupan dan justru yang senyap tanpa suara, tanpa perayaan, akan masuk neraka, karena kesombongan dan ke egoannya. Entahlah, dunia ini hanya mengenal kata "mungkin" dan tidak mengenal kata "tidak mungkin", karena "impossible is nothing".

Demikian juga jika ditanyakan apakah kondisi seperti ini akan terus bertahan ditempat kita ?, setiap pergantian tahun tanpa perayaan ?, jawaban tegasnya adalah tidak, semua akan berubah, hanya persoalan waktu saja, karena  dalam sejarahnya,  tidak ada kesombongan manusia yang bertahan lama, semua akan runtuh pada waktunya, karena apa yang terjadi pada kita hanyalah karena kesombongan sebagian manusia saja yang merasa punya otoritas dalam keimanan manusia.Begitulah kehidupan manusia, mereka hanya bersandiwara dengan otoritas, padahal didunia nyata mereka sama sekali tidak punya otoritas, hanya peran sandiwara.

Sebenarnya, letak pencerahan dan kebenaran dari segala tindakan manusia adalah manusia itu berjumpa atau tidak dengan Tuhannya didunia, ketika manusia berjumpa dengan Tuhannya didunia, maka manusia senantiasa dalam kebenaran, karena dengan jelas dan pasti dipandu Tuhannya, sedangkan ketika manusia tidak berjumpa Tuhannya didunia, maka apa yang dilakukan manusia berada dalam ketidak benaran dan ketidak pastian, karena mereka tidak dipandu Tuhan, tetapi dipandu agamawan.

Masa Depan

Di dunia ini, ada Bangsa, ada Peradaban, ada negara yang sudah selesai dengan urusan manusia, sudah selesai dengan persoalan manusia , mereka tidak punya lagi persoalan dengan manusia, dinegara seperti ini, seekor binatang, katakanlah anjing atau monyet misalnya, sudah menjadi warga negara, artinya binatang ini masuk kedalam KK (Kartu Keluarga), segala haknya sebagai warga negara sudah dijaga negara, kalau kita melempar atau menyakiti anjing dan monyet itu, maka kita akan bermasalah dengan hukum.

Di belahan bumi yang lain, juga ada Bangsa, wilayah atau negara, yang sampai saat ini belum selesai dengan persoalan manusia, belum selesai tentang bagaimana cara mengurus manusia, di tempat ini, manusia masih dijadikan sumber masalah, manusia masih dipermalukan didepan umum, manusia diadu, di ukur, dinilai dari identitas dan keyakinanya, manusia kadang diperlakukan sebagai binatang, jangan tanya lagi binatang,  bagaimana diperlakukan oleh manusia.

Semenntara,  di ujung dunia yang lain, juga ada negara, Bangsa, peradaban yang tidak lagi bermasalah dengan agama atau identitas apapun, mereka hanya melihat manusia sebagai manusia, apapun pilihan hidupnya, pilihan keyakinannya, afiliasi politiknya, kepercayaannya, selama dia punya kapasitas dan mampu berkompetisi maka semua ruang dan kesempatan tersedia dan terbuka lebar baginya.

Ketika dunia terus berubah, manusia selalu hidup didua varian yaitu masa lalu dan masa depan. Ada Bangsa yang masih menjadikan agama untuk mengatur manusia, padahal sejatinya manusia itu anti spiritual, ada bangsa yang mengatur manusia berdasarkan akal rasional, hukum dilahirkan dengan berbasis pada kewargaan (Based on Citizenship), ada juga hukum yang dilahirkan berbasis pada agama (Based on Religion), maka bayangkanlah ketika peraturan berbasis agama dipakai untuk mengatur manusia yang hidupnya bersandar pada rasionalitas, apa yang terjadi ?, yang pasti manusia selalu diajak kembali ke masa lalu, dan tidak pernah tahu bagaimana masa depan, karena kemajuan manusia diukur bukan dari seberapa besar kemajuan yang telah dicapai manusia berdasarkan potensi akal yang digunakannya, tetapi di ukur dari seberapa besar ketaatan manusia kepada agama, maka pertanyaannya adalah, sejak kapan manusia akan maju ketika agama  dipakai untuk spirit pembangunan?.

Ketika beberapa bangsa, sudah bicara dan sudah bereksperimen untuk memindahkan manusia ke planet lain agar tercipta peradaban baru, meninggalkan peradaban lama yang sudah cukup rusak, maka ditempat lain sebagian manusia masih menghabiskan waktu dan umur membicarakan pendangkalan aqidah, mengusir manusia dari pantai, membubarkan konser musik, mereka seperti tidak tahu bahwa jaman telah berubah dan akan terus berubah, dengan zaman yang terus berubah, maka sebagian manusia yang tenggelam dalam ghibah terhadap aqidah sesamanya adalah musibah bagi dunia, sedangkan manusia yang melepaskan diri dari ghibah pada persoalan aqidah, adalah berkah bagi masa depan manusia.

Akhirnya, dari segala perjalanan manusia, dari segala pergantian tahun dan berbagai perayaan didalamnya, maka masa depan manusia ada pada silaturahmi,  kesejahteraan dan lompatan yang revolusioner dan cepat,  bukan pada ghibah terhadap aqidah. Karena tidak akan pernah ada masa depan pada sebuah bangsa yang saban hari, saban tahun selalu bicara aqidah padahal dunia terus berubah.

Selamat Tahun Baru 2022
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Baca Juga Tulisan Lainnya :