“Argumen Islam untuk Perbedaan”


Perbedaan, keberagaman dan toleransi adalah sebuah keniscayaan dan sebuah sunnatullah dalam Islam, baik intra, inter dan ekstra Islam. Perbedaan pendapat atau persepsi terhadap ajaran Islam memang tidak terhindarkan. Hal itu sudah menjadi sunnatullah yang harus dihadapi bersama. Namun dalam prakteknya sering umat Islam salah dalam menyikapinya. Seperti yang kita lihat sekarang, perbedaan pendapat sering menjadi topik untuk dijadikan pertikaian antar jamaah dakwah/kelompok/ ormas. sehingga tidak jarang sesama muslim saling menyalahkan satu sama lain, bahkan saling mengkafirkan, sesat menyesatkan bahkan di cap murtad tanpa mengerti kaidah-kaidahnya terlebih dahulu dalam menyikapi perbedaan tersebut secara benar.

Keberagaman merupakan salah satu nilai pokok agama dan tradisi budaya Islam. Al-quran mengakui keberagaman dan  toleransi atas perbedaan gender, warna kulit, bahasa, kepercayaan dan kasta. Kerukunan antara golongan dan kelompok yang berbeda di hargai, sementara pengekangan yang satu terhadap yang lain sangat di kecam. Al-Quran menjelaskan bahwa perbedaan melekat dalam hidup manusia dan merupakan bagian dari rencana Tuhan untuk kemanusiaan. Karena itu, perbedaan etnis, suku dan bangsa tidak ada sangkut pautnya dengan kedekatan kepada Tuhan. Keluasan dan derajat iman adalah satu-satunya ukuran yang dengannya kelompok-kelompok berbeda akan dinilai.

Source : Google

Ketidak pahaman dalam menyikapi perbedaan dan keberagaman terutama dalam kontkes agama, sering berujung kepada tindakan kekerasan massa (komunal), ketidak senangan terhadap person/individu, padahal hanya dalam perbedaan konteks pemikiran, itupun juga lansung dihakimi, sebuah pola-pola yang patut kita kritik, karena akan semakin merusak citra Islam dan  pola-pola seperti ini justru akan semakin melemahkan Islam, padahal perbedaan adalah kekuatan Islam bahwa semakin berbeda maka Islam semakin kuat, berbeda dalam pemikiran aktual, namun bersatu dalam satu kekuatan spiritual. 

 

Semua orang setara dari asalnya, mereka berasal dari Tuhan yang sama dan mengambil bagian jiwa Tuhan secara setara.  “wahai manusia ! kami menciptakanmu dari sepasang laki-laki dan  perempuan, lalu kami menjadikanmu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kamu saling mengenal satu sama lain (bukan untuk merendahkan satu sama lain)” (49:13). Dalam pidato terakhirnya, Rasulullah SAW bersabda “kalian semua memiliki satu ayah dan satu Tuhan” (Abu Nimer, 97). 

 

Untuk melindungi keberagaman diantara manusia, Al-Quran berulang kali menekankan penghormatan dan perlindungan terhadap komunitas agama diluar Islam, dan Rasulullah menekankan bahwa “pada hari pengadilan, Aku akan bertindak sebagai pendakwa orang-orang yang menindas orang-orang yang dilindungi (dhimma) dan membebankan tanggungan [keuangan atau beban sosial lainnya] yang berlebihan kepadanya”. (al-Baladhuri 1886, 162 ; dikutip dalam Sachedina 2000). Rasulullah juga mendukung kesatuan dan kerukunan antara Islam dengan agama-agama lainnya : “Kami para nabi adalah saudara dan agama kami adalah satu dan sama” (Ibn Hisham 1992). 

 

Kemudian, didunia Islam, di Indonesia, dan di Aceh khususnya, Jika terjadi sebuah tindak kekerasan karena ketidak pahaman dalam menyikapi perbedaan dan keberagaman (sikap intoleran), bahkan menjurus kepada tindak kekerasan massa, kita sering sekali mendengar argument, bahwa itu bukanlah ajaran Islam secara ideal, yang bersalah itu adalah oknum, bukan ajaran Islamnya. Jika masalahnya seperti itu, timbul pertanyaan bagi kita, pemahaman seperti apa yang sebenarnya harus diterima oleh umat , atau ada kesalahan dalam memberikan pemahaman kepada umat oleh tokoh-tokoh agama Islam selama ini sehingga umat cenderung melakukan kekerasan, mungkin pemahaman yang diberikan  adalah pemahaman yang tidak mengakomodir adanya perbedaan, keberagaman dan juga toleransi ? sehingga umat Islam hanya terpaku pada konsep-konsep ideal, selalu berusaha “lari dari kesalahan” dengan menjadikan “taken for granted” sebagai catatan kaki untuk menutupi kesalahan. 

 

Padahal, umat Islam tidak bisa begitu saja, taken for granted, menganggap keislaman formal (sesautu yang ideal) sebagai jaminan. Umat Islam harus bekerja keras mewujudkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan nyata. Semua janji Tuhan dalam al-Qur’an, yang sering dikutip para ulama dan mubalig, pemenuhan-Nya tidak tergantung pada formalitas (ideal), tapi kepada esensi sesuatu yang lebih bersifat maknawi, disinilah pentingnya bagaimana menginterpretasikan argument-argumen formal Islam kedalam tindakan nyata dalam realitas masyarakat kita.

Ajaran Islam begitu luhur dan humanis dan sangat menghormati martabat manusia, tapi bagaimana dengan realitasnya ? jika benar Islam agama toleran, mengapa masih ada sebagian umatnya yang melakukan kekerasan terhadap komunitas lain yang berbeda?. jika benar perbedaan pendapat sangat dihormati dan merupakan rahmat, mengapa masih ada sebagian muslim yang saling sesat menyesatkan, kafir mengkafirkan, bahkan dilabelkan murtad ?. jika hal ini terus terjadi maka nilai-nilai luhur Islam yang  damai, terbuka dan toleran akan terus tergerus dan sangat berbahaya bagi pembentukan peradaban masa depan umat manusia. Karena itu jadilah muslim yang tidak pernah takut pada perbedaan dan beranilah menunjukkan segala perbedaan sebagai eksistensi manusia sejati. 

 

 

 

 

 

 

 

 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Baca Juga Tulisan Lainnya :