Nabi dan Wali adalah Lautan Luas yang Jernih

Suatu hari, seseorang bertanya kepada seorang Sufi.  “apa yang lebih utama ketimbang shalat ?”

 

Sang Sufi itu menjawab : 

“Jawaban pertama, ruh shalat lebih penting daripada shalat. Jawaban kedua,  “iman lebih utama daripada shalat”. Shalat hanya diwajibkan pada lima waktu, sedangkan iman selamanya. Shalat bisa digugurkan karena uzur (berhalangan) dan bisa ditunda karena rukhsah, inilah yang menjadi alasan iman lebih utama ketimbang shalat. Iman tidak dapat digugurkan oleh alasan apapun dan tidak dapat ditunda karena alasan apapun. Iman tetap bermakna meski tanpa shalat dan shalat tidak berarti apa-apa tanpa iman (sebagaimana shalat orang-orang munafik). Ritus shalat bisa berbeda-beda dalam setiap agama, sementara iman tidak akan berubah dari satu agama ke agama lain, keadan dan tujuan daripada iman tidak akan terganti. 

Iman yang paling utama adalah iman yang tersingkap, bukan iman yang percaya begitu saja, tanpa pembuktian dan tanpa merasakan.

 

Begitulah manusia, terkadang mereka tahu segala sesuatu bukan berasal dari sumber ilmu, melainkan dari sumber tulisan dan catatan. Manusia hanya tahu dari apa yang nampak, bukan dari sesuatu yang tersingkap dari balik yang nampak tersebut. Manusia tidak tahu pengetahuan yang bersumber dari kemurnian dan yang asli, yaitu yang bersumber dari para Nabi dan Wali, padahal, jika manusia tahu ilmu yang bersumber dari para Nabi dan Wali ini maka manusia akan tahu hakikat dari semua pengetahuan, baik dimasa lalu, kini dan masa depan. 

Manusia itu ibarat air yang keruh dan kotor, tidak pernah punya kemampuan untuk membersihkannya sendiri. Air yang keruh dan kotor ini tidak akan pernah bisa jernih sampai ia berjumpa dengan lauatan yang luas, sehingga Allah mengutus para Nabi dan Wali. Nabi dan Wali adalah ibarat lautan luas yang membersihkan air-air kotor yang mengalir menujunya dengan segala kekotoran dan warna-warninya. 

Source : Google 
Manusia – manusia yang mendapatkan Pendidikan dari sosok yang mencintai Allah yaitu para Nabi dan Wali  akan memiliki hati bersih dan suci. Manusia – manusia yang dididik dan diajari ilmu oleh orang yang tidak tulus dan munafik, akan menjadi manusia yang jelek, lemah, rapuh, suram dan tidak punya jalan keluar, tidak mampu berkonsentrasi pada apapun. Kemampuan indranya terbatas. 

Manusia – manusia yang tidak mengikuti para Nabi dan Wali adalah air keruh yang tidak mengenal air jernih, bahkan melihatnya sebagai sesuatu yang berbeda, bukan bagian dari jenisnya, manusia jenis ini akan terus pergi bersama warna-warna kekeruhannya itu agar tidak bercampur dengan laut. Rasulullah SAW pernah bersabda : “Segala sesuatu yang saling mengenal akan menyatu dan segala sesuatu yang antipasti akan berselisih”. 

 

Allah berfirman : “Telah datang seorang Rasul kepada kalian, dari jenis kalian sendiri (Q.S At-taubah : 128), yaitu lautan luas yang menjernihkan segala yang keruh dan kotor. 

 

Ketika manusia yang keruh dan kotor itu menghindari bertemu lautan dan tidak melarutkan dirinya dalam lautan, maka selamanya manusia tersebut akan berjalan dimuka bumi dalam keadaan keruh dan kotor, mereka shalat, puasa, berzakat, haji dalam keadaan keruh dan kotor, manusia ini menganggap bahwa dia sanggup membersihkan sendiri kekeruhan dan kekotorannya tersebut, padahal sederhana saja, tinggal datang, memasrahkan dirinya larut dalam lautan, maka seketika semua yang kotor itu akan bersih. 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Baca Juga Tulisan Lainnya :