MAKRIFAT DULU BARU JADI MANUSIA

T. Muhammad Jafar Sulaiman 

Awaluddin ma'rifatullah, : “awal beragama adalah mengenal Allah”. Belum mengenal Allah, berarti belum beragama. Perjalannya ditempuh dalam 4 tahap : Syariat – Tarekat – Hakikat – Makrifat. Sebagai destinasi manusia, makrifat itu ada di puncak, ketika mencapai puncak, itupun masih awal beragama, karena tahapan selanjutnya adalah bagaimana memperhambakan diri dihadapan Allah dan bagaimana memperlakukan yang sudah dikenal itu. Jika makrifat saja masih awal beragama, lalu bagaimana dengan siapapun yang sampai sat ini masih berada di jalan syariat ?, tidak mau beranjak kepada tarekat, hakikat dan makrifat, sampai kapan mau tidak beragama ?. 


Tujuan syariat adalah menuju makrifat, bukan untuk mengerjakan ritual agama. Karena jika tanpa kenal Allah, lalu sibuk mengerjakan ritual agama, maka itu semua hampa dan kosong. Fitrah manusia itu adalah kenal Allah, ini adalah asal manusia, bukan mengerjakan ritual agama. Manusia yang tidak berusaha untuk mengenal Allah dengan sebenar-benarnya kenal maka dia telah mengingkari eksistensi keberadaannya sebagai hamba. Menjadi hamba, tetapi tidak kenal Allah, lalu manusia menghambakan diri kepada siapa ?, menghambakan diri kepada ritual, menghambakan diri kepada sajadah atau menghambakan diri kepada ka’bah. 


Source : Google


Manusia makrifat adalah manusia yang mengejar kasih sayang Allah, bukan mengejar amal ibadah, karena yang menyelamatkan manusia baik di dunia maupun diakhirat adalah kasih sayang Allah, bukan amalan – amalan manusia. Jabir berkata : “Aku mendengar Nabi SAW bersabda, Tidak seorangpun dari kalian yang dimasukkan surga oleh amalnya dan tidak juga diselamatkan dari neraka karenanya, kecuali karena rahmat dari Allah”. Sebenarnya apapun amal manusia harus dipersembahkan kepada Allah, setelah itu kita tentu bisa tahu apakah apa yang kita persembahkan itu diterima atau ditolak oleh Allah. Disinilah pentingnya tarekat bagi manusia, karena tarekat punya metodologi cara berhubungan dengan Allah dan mengetahui apakah amal ibadahnya diterima oleh Allah. 


Lalu jika tidak menempuh jalan tarekat, jika tidak belajar kepada seorang Wali Allah, lalu tidak kenal Allah, bagaimana dia memperoleh kasih sayang Allah ?. Dari mana jalurnya ?. Kasih sayang Allah diperoleh dari berubudiyah kepada Kekasih Allah, yaitu Wali Allah, “cintailah yang dibumi, maka yang dilangit akan mencintaimu. Mencintai yang dibumi, bukanlah mencintai manusia, tetapi mencintai seorang kekasih Allah, yang melaluinya Allah memperkenankan apapun. 


Dunia ini kacau karena manusia- manusia yang belum makrifat, mereka belum sempurna menjadi manusia, jadi tidak mengerti hakikat hidup. Mencapai makrifat adalah modal paling utama yang harus dipenuhi untuk bisa menciptakan keteraturan , kedamaian dan keharmonisan dalam hidup manusia. Karena jika manusia yang makrifat berinteraksi dengan manusia makrifat lainnya, maka itu adalah interaksi antara manusia dengan cahaya Allah dengan manusia lainnya yang juga punya cahaya Allah, jadi unsur Allah bertemu unsur Allah, tidak mungkin terjadi kekacauan. Tetapi jika interaksi terjadi antara satu manusia yang tidak ada cahaya Allah didalamya, dengan manusia lainnya yang tidak ada cahaya Allah padanya, maka akan terjadi kekacauan, karena unsur syaithan bertemu dengan syaithan maka akan terjadi kekacauan, ketidak teraturan, konflik, perpecahan, karena kerja syaitha adalah menciptakan kekacaua demi kekacauan. 


Manusia yang baik jika bertemu dengan manusia baik lainnya maka yang dibicarakn, yang dilakukan adalah kebaikan demi kebaikan, namun jika manusia jahat bertemu dengan manusia jahat lainya, yang dibicarakan, yang dilakukan adalah kejahatan demi kejahatan, ini rumus pasti !!!

Manusia yang ingin merespon berbagai fenomena sosial, maka modal utamanya adalah makrifat. Model ini telah dipraktekkan dan dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW, yaitu setelah nabi Muhammad mencapai tingkat spiritual tertinggi, barulah Rasulullah turun ketengah – tengah manusia untuk mengatasi segala masalah – masalah sosial. Jalan inilah yang harus ditempuh oleh manusia, meneruskan apa yang telah dicontoh kan nabi yaitu mencapai makrifat, yang setelah nabi diteruskan oleh Ahli silsilah, Waliyam Mursyida, penerus risalah Rasulullah. 


Menjadi manusia, tanpa mencapai makrifat ini, maka ketika dia mencoba merespon segala fenomena sosial, maka yang bisa dilakukan hanyalah politisasi agama. Dia tidak punya dan tidak tahu cara menggunakan energi ketuhanan untuk menyelesaikan segala problem manusia, sehingga yang bisa dilakukan hanyalah politisasi agama. Jadi siapapun yang suka mempolitisasi agama, maka dia belum mencapai makrifat. Manusia yang miskin spiritualitasnya, karena tidak mencapai tahap makrifat, maka dia pasti miskin gagasan dan miskin kerja nyata, sehingga yang paling suka dilakukannya adalah politisasi agama dan simbolisasi agama. 


Karena itu, makrifatlah dulu, baru menjadi manusia.

 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Baca Juga Tulisan Lainnya :