APA PENTINGNYA MODERASI BERAGAMA?

Syekh Ahmad el-Tayyeb (Imam Besar Al Azhar)
Syekh Ahmad el-Tayyeb (Imam Besar Al Azhar)


T. Muhammad Jafar Sulaiman, S.HI.,MA.

Moderasi Beragama adalah masa depan bagi Indonesia dan juga masa depan bagi dunia dan mengapa moderasi beragama menjadi masa depan?. jawabannya adalah karena, moderasi beragama adalah pemandu bagi jalan hidup manusia untuk bisa terus beragama dengan damai, harmonis, penuh kelembutan, bisa menghargai segala keberagaman dan keberbedaan, bisa terus beragama dengan stabil, berada dijalan tengah dan tidak esktrem. 

Tanpa moderasi beragama, maka manusia akan masuk kedalam lingkaran beragama yang ekstrem, keras, hitam putih, tanpa nalar dan rasio, tidak pernah bisa mengakomodir keberagaman dan keberbedaan. Atas dalil inilah moderasi beragama adalah masa depan bagi Indonesia dan bagi dunia. Karena ini adalah masa depan bersama, maka ikhtiar mewujudkan moderasi beragama dalam setiap lini relasi antar manusia di Indonesia adalah sebuah keniscayaan. 

Kita semua bisa belajar, bahwa terjadinya kekacauan, konflik, pembantaian dan pembunuhan terhadap manusia di sebabkan oleh model beragama yang ekstrem, fanatik buta dan non kompromis. 

Berbagai peristiwa dunia telah menggambarkan itu, serangan terhadap gedung World Trade Centre (WTC) dan Pentagon (11 september 2001), tragedi Hotel Mumbai India (2008),  teror di Rusia (2024), juga peristiwa yang terjadi di Indonesia seperti bom Bali (12 oktober 2002), bom JW Marriot (5 Agustus 2003), bom kedubes Australia (9 september 2004), bom Surabaya (13-14 Mei 2018). 

Berangkat dari berbagai peristiwa kelam yang dialami dunia dan Indonesia tersebut, fajar cerah kehidupan manusia telah hadir ketika dunia menghasilkan sebuah dokumen persaudaraan kemanusiaan (human fraternity document). 


Dokumen ini menegaskan bahwa musuh bersama manusia yang sesungguhnya saat ini adalah ekstremisme akut (fanatic extremism), hasrat saling memusnahkan (destruction), perang (war), intoleransi (intolerance), serta rasa benci (hateful attitudes) antara sesama umat manusia, yang kesemuanya mengatasnamakan agama. Dokumen yang sangat penting bagi masa depan manusia ini dihasilkan dari pertemuan dua tokoh besar dunia, yaitu Syekh Ahmad el-Tayyeb (Imam Besar Al Azhar) dan Paus Fransiskus pada 4 Februari 2019. 


Paus Fransiskus - Pemimpin Gereja Katolik
Paus Fransiskus - Pemimpin Gereja Katolik (src: Vatikan Media)

Bagi Indonesia, dokumen persaudaraan kemanusiaan ini adalah juga cita – cita, model dan praktek moderasi beragama di Indonesia untuk dunia. Sebagai negara yang memiliki tingkat kemajemukan yang sangat tinggi, Indonesia perlu moderasi beragama sebagai solusi, agar dapat menjadi kunci penting untuk menciptakan kehidupan keagamaan yang rukun, harmoni, damai, serta menekankan keseimbangan, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, maupun kehidupan secara keseluruhan. 


Moderasi beragama menjadi sangat mendesak dalam masyarakat yang sangat plural seperti Indonesia, terutama ketika masyarakat terbelah sebagai imbas segregasi politik yang sering sekali terjadi. 

 

Pembumian moderasi beragama di Indonesia telah dimulai tahun 2018, dimana ketika itu Kementerian Agama menjadikan Moderasi Beragama sebagai sebuah program prioritas  di bawah Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin. Hingga pada tahun 2019 Moderasi Beragama menjadi bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang diatur dalam Perpres No. 18 tahun 2020. Ketika Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menetapkan tahun 2019 sebagai Tahun Moderasi Beragama , pada saat yang sama, Perserikatan Bangsa-Bangsa juga menetapkan tahun 2019 sebagai Tahun Moderasi Internasional (The Internasional Year of Moderation). 


Jadi, apa yang dilakukan Indonesia menjadi modal bagi dunia untuk juga menerapkan kehidupan moderasi.  Indonesia bahkan dunia memang sedang menghadapi tantangan massifnya kelompok masyarakat mengatasnamakan agama yang bersikap eksklusif, eskplosif serta intoleran. Maka moderasi beragama adalah salah satu strategi untuk menangkalnya. 


Hal ini pula yang mendorong Majelis Umum PBB menetapkan tahun 2019 sebagai Tahun Moderasi Internasional. Kini, moderasi beragama ini terus diperkuat untuk di bumikan di Indonesia dengan Perpres Nomor 58 Tahun 2023 tentang Penguatan Moderasi Beragama yang mulai berlaku sejak tanggal 25 september 2023. 

 

Mengapa Moderasi Beragama? 

 

Dalam konteks Indonesia, sejarah moderasi beragama adalah sejarah panjang. Di mulai dari kaum modernis Indonesia yang melakukan gerakan melawan politik identitas melalui pengembalian piagam Jakarta dalam konsensus politik Indonesia. 


Moderat adalah termonilogi yang paling dekat dan menjadi pilar bagi moderasi beragama. Moderat dalam arti al- wasaṭh (Jalan tengah) sebagai model berfikir dan berinteraksi secara seimbang di antara dua kondisi, sehingga sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dalam berakidah, beribadah dan beretika setidaknya bisa dilihat kesesuainnya dengan pertimbangan-pertimbangan dalam berperilaku dalam etika Islam yang senantiasa mengacu pada maqasid al-syari‘ah dan memperhatikan ummahat al-fadail . 

 

Pasca rezim Orba tumbang, terjadi perkembangan dan perubahan secara dinamis di tengah umat Islam Indonesia, ditandai dengan beberapa hal, seperti lahirnya sejumlah partai politik yang secara formal mengusung ideologi dan cita-cita Islamn yang sebelumnya dilarang secara tegas oleh rezim Orba. 


Fenomena ini mengindikasikan bangkitnya kembali kekuatan-kekuatan Islam politik di Indonesia. Tampilnya berbagai gerakan-gerakan yang selama masa Orba kurang dikenal oleh masyarakat, dan kelahiran organisasi-organisasi Islam baru juga menjadi tantangan penting untuk mewujudkan kehidupan dan cara beragama yang moderat. 


Ciri dan lingkup kegiatan organisasi-organisasi Islam yang baru ini sangat beragam dan luas, sehingga, wajah Islam di Indonesia menjadi semakin beragam dan kompleks, hasilnya, penggambaran yang hanya menekankan pada eksistensi, aktivitas, dan pemikiran Islam mainstream, modernis dan tradisionalis, tidak lagi memberikan pemahaman yang menyentuh dan utuh terhadap Islam di Indonesia

 

Berangkat dari latar sejarah inilah, dengan menguatnya Islamisme paska reformasi yang bisa saja di dorong ke arah destruktif dan agar kedamaian dan keharmonisan selalu terjaga, Indonesia sangat membutuhkan Moderasi Beragama sebagai jalan tengah kebangsaan. 


Ilustrasi gerakan unjuk rasa masa Orde Baru | src: Pexels.com

Moderasi beragama tentu bukan moderasi agama tetapi moderasi dalam beragama yaitu pengurangan ke ekstriman, penghindaran kekerasan dalam beragama. Oleh karena itu tidak disebut moderasi agama atau moderasi Islam, tetapi moderasi beragama. Karena faktanya, keberagamaan itulah yang melahirkan ekstrimisme, yang melahirkan sikap-sikap yang begitu sangat ketat atau sangat longgar. 


Jadi moderasi beragama adalah upaya untuk mengajak mrereka yang ekstrim baik itu yang terlalu ke kanan maupun terlalu ke kiri untuk berada di tengah sehingga keagamaan itu menjadi lebih toleran, lebih menghormati atau menghargai keberagaman. 


Moderasi beragama menghendaki agar jangan sampai dalam kehidupan keagamaan kita ada yang terlalu dominan, sehingga menafikan dan menghilangkan yang lain. Moderasi beragama dibangun dengan empat pilar yang sangat penting bagi kebangsaan Indonesia dan bagi dunia yaitu: komitmen kepada nilai kebangsaan, menjaga toleransi, anti kekerasan dan menjaga kearifan lokal. Indonesia memang dibangun dan terus dijaga dengan empat pilar ini, tidak meninggalkan khazanah dan kekayaan luhur bangsa, dan tetap bisa hidup bersama dengan harmonis disegala perkembangan dunia saat ini,  karena itulah Moderasi Beragama  menjadi masa depan bagi Indonesia dan dunia.

 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Baca Juga Tulisan Lainnya :